Minggu, 05 Juli 2009

Ibu...Kau Selalu Mendidikku

Aku sedang duduk berdua bercengkerama dengan suamiku di ruang keluarga. Biasa membahas berbagai masalah yang kami hadapi, baik secara langsung maupun tidak. Dari yang sedang memanas, menghangat maupun mendingin (klise).

Pagi itu disela-sela "ngteh" kami membaca koran dan sesekali melihat berita tv yang sedang hangat,kami membahas dan bertukar pikiran tentang besarnya kasih sayang kedua orangtua dan dampak dalam kehidupan kita. Terutama Ibu, yang rasulpun sampai mengucapkan 3 kali baru disusul dengan jawaban Bapak setelah ditanya oleh sahabat rasul 'siapa yang pantas dihormati'.

Kasih sayang seorang ibu kepada anaknya tak perlu diragukan lagi. Dan benar-benar ibu mendidik kita setiap saat, setiap waktu hingga akhir hayatnya. Dari sebelum terbentuk dalam kandungan hingga kita besar dan berkeluarga sendiri kita tetap selalu mendapat pendidikan dari beliau.

Ada sebuah kisah dari teman, menjelang kembalinya sang ibu kepada Khaliknya.
Kala itu sang ibu sedang sakit keras diusianya yang sudah lanjut. Kejadian ini sewaktu sang ibu dirawat di rumah sakit. Selama hidupnya kasih sayang dan waktunya tercurah untuk merawat, mendidik dan menjaga keluarga (suami dan anak-anaknya) dengan ikhlas. Dan mungkin balasan dari Allahlah keluarga (suami dan anak-anaknya) pun sangat menyayangi dan menghormati beliau, hanya saja masing-masing mempunyai gaya sendiri-sendiri.

Dari sekian anak-anaknya ada seorang anaknya (fulan) yang wujud kasih sayang ke orangtuanya lain dari yang lain, selalu menjajikan yang indah untuk orangtua dan membuat kata-kata yang menyenangkan dan memberi harapan lebih kepada orangtua namun realisasinya menurut orangtuanya tsb masih kurang.

Mungkin sang ibu merasa usianya tinggal beberapa hari lagi akhirnya dengan kekuatan hati (yang selama ini dipendam dalam diamnya) memanggil si fulan yang kala itu kebetulan sedang menunggui sang ibu di RS bersama kakak perempuannya (fulanah), dan apa yang diucapkannya pun sungguh diluar dugaan mereka, "Nak, tolong beri aku uang." Deg. Hati sang anak pilu. Dengan cepat sambil mengulurkan tangan dengan sejumlah uang sambil berkata "ibu, ini ada uang sekian dulu kalo ibu masih memerlukan ibu tinggal bilang saja berapa jumlahnya ya..." katanya lirih sambil menahan tetes airmata. Sebenarnya orangtua dan keluarganya tahu hati sang anak ini lembut hanya saja tidak bisa ditebak. Buru-buru keluarlah sang anak dari ruang rawat sang ibu, khawatir kalau terurai airmata di sana akan menambah pilu sang ibu.

Lain halnya suasana di dalam ruang rawat, sang ibu tersenyum bahkan ada sedikit tawa yang ditujukan kepada anak perempuannya, fulanah. Masih dalam suasana haru akan peristiwa yang dia saksikan, fulanahpun bertanya kepada ibunya kenapa malah tersenyum-senyum. Beliaupun menjawab, "aku hanya ngetes apakah si fulan tadi masih lembut hatinya dan benar-benar menyayagi ibunya." Terjawab sudah kebingungan dia. Padahal selama ini ibunya tidak meminta uang secara terang-terangan, hanya pengertian dari anak-anaknya saja kenapa kok malah menjelang kepergiannya malah uang yang diminta. Ternyata terjawab sudah apa maksud dari ibunya.

Bisa diambil pelajaran bahwa pada detik-detik akhir usianyapun seorang ibu tak henti memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya.

Demikianlah cerita dari seorang teman dan uang yang diberi oleh sang fulanpun kemudian dibagi-bagikan kepada cucu-cucunya dan anak serta kerabat yang lebih membutuhkan. Sungguh seorang ibu adalah pendidik dan manajer yang handal.

Salut dan hormat serta sayang untuk ibu...
Manfaatkan waktu bagi saudara-saudaraku yang ibu dan ayahnya masih ada didunia ini.
Jangan sampai sesal mengikuti langkah kita.
Bagi yang sudah ditinggal pergi marilah kita do'akan untuk kebahagiaan mereka di alam sana. Amin.


*mohon maaf bila ada kisah/kejadian yang sama, kami hanya bermaksud untuk mengambil ibrah (pelajaran) dari sebuah kehidupan.