Jumat, 16 Oktober 2009

Hikmah dari Seorang Pejalan Kaki

Kehidupan....
Sungguh banyak yang kita lupa akan syukur,
ditengah kesulitan seringkali kebuntuan menghantui kita, seolah tidak pernah dan tidak akan pernah ada jalan keluar.

Suatu hari aku ngobrol dengan seorang pedagang mi dengan metode keliling sambil mendorong gerobak. Dia diberi pilihan untuk berjualan mangkal di suatu tempa. Belum genap satu minggu dia pun mulai gelisah ternyata dia tidak mau diam ditempat karena membosankan katanya.

Pagi harinya aku mencarinya karena ada suatu urusan, kata temannya dia sedang menengok istrinya yang jaraknya kurang lebih 8 km dari tempat dia berjualan. "Lho, bukannya semalem dia (jam 21.00) masih ada? sama siapa? dan naik apa?" tanyaku. "Jalan kaki bu..." jawab temannya. Jalan kaki? pikirku dengan kebingungan. "O...dia sih sudah biasa bu kemana-mana jalan kaki." Percakapan itu berlalu begitu saja dengan meninggalkan sejumlah tanda tanya.

Esoknya kami (aku dan suami) bertemu dengan pedagang mi yang kami cari, dan kami ajak dia ke rumah kami yang jaraknya kurang lebih 10 km dari tempat istrinya tinggal (lebih jauh dari tempat dia mangkal). Di sepanjang jalan kami ngobrol salah satunya dengan topik "jalan kaki"nya menuju kontrakannya. Jawabannya pun membuat kami berfikir. "Sudah biasa pak, paling juga cuma satu jam" jawabnya kepada suamiku dengan entengnya. Jalan kaki? hari gini? Masih ada ya orang yang tinggal dikota tapi masih mau jalan kaki menempuh jarak berkilo-kilo...pikir kami sambil belum bisa mengerti.

Sambil masih terngiang-ngiang ucapan pedagang tadi akhirnya urusan kami pun selesai dan seiring berlalunya pedagang tadi kami pun langsung membahas keheranan kami.

10 Km ditempuh dengan jalan kaki hampir setiap urusan. Dia tidak mengandalkan begitu banyak pilihan alat transportasi yang ada. Kalau dilihat usianya dia pun bukan orang produk jaman dulu (yang untuk menuju suatu tempat cukup dengan jalan kaki). Bandingkan dengan kita (kami-red dan kebanyakan orang), kalau mau kemana-mana harus naik mobil atau naik motor atau naik angkot. Kalau kesemuanya itu tidak ada ya..sudah tidak jadi pergi (meski sekarang digalakkan lagi dengan naik sepeda tapi belum begitu terbiasa kembali) alias ditunda urusannya sekalipun itu penting dengan alasan "tidak ada kendaraan" orang-orang pun memaklumi.

Sampai disini kami berfikir dan merenungi, inilah sebuah jawaban bahwa setiap kesulitan kita tidak boleh menyerah, sesulit apapun. Pasti ada jalan keluar selama kita mau berusaha mencari jalan keluar itu. Tergambar dengan bapak pedagang tadi dan mungkin masih banyak yang bergaya hidup demikian. Tidak bisa naik mobil ya naik motor, tidak ada motor ya naik sepeda, tidak ada sepeda ya jalan kaki toh Allah sudah memberikan kita fasilitas yang sempurna. Begitu pun dengan kehidupan kita ini perlu kreatifitas dan kemauan. Hilangkan rasa gengsi...

Alhamdulillah ya Allah satu lagi pencerahan yang langsung di depan mata Kau tunjukkan kepada kami untuk lebih lagi menambah semangat hidup kami. Semoga kami bisa mengambil hikmah dari setiap apa yang kami hadapi.

Wallahu a'lam

Tidak ada komentar: